cover
Contact Name
Fidrayani
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
psga@uinjkt.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender
ISSN : 14122324     EISSN : 26557428     DOI : 10.15408/harkat
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender is published by the Center for Gender and Child Studies (Pusat Studi Gender dan Anak) LP2M, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. the journal has been issued two times a year. Harkat invites scholarly articles on gender and child studies from multiple disciplines and perspectives, including religion, education, psychology, law, social studies, etc.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(2), 2018" : 8 Documents clear
NARASI PERJUANGAN KATINI KENDENG DALAM PERSPEKTIF EKOLOGI LIBERATIF AL-QURAN Wildan Imaduddin Muhammad
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(2), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3495.227 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i2.12816

Abstract

 Abstract. The Women Farmer from Mount Kendeng a.k.a Kartini Kendeng are persistence to refuse the operation of cement factories and its mining in their land. They are representative of consevasion movement to not defferred to corporation and goverment for their own land and water. This article illustrates narratively the fighting of Kartini Kendeng trhough the perspective of ecology and liberation in the Quran. It is the convergence of thought from three women scholars are Nur Arfiyah Febriani, Amina Wadud and Asma Barlas. Those women agree that Quran is book of liberation from any oppression and despotism. By viewing the Quran as book of liberation, this research consider that Kartini Kendeng are appropriate with Quranic values. In other word, the religious preaching has been motivates the persistent of Kartini Kendeng.Abstrak. Para petani perempuan dari lereng Pegunungan Kendeng atau dikenal dengan Kartini Kendeng sangat gigih menolak operasi Pabrik Semen dan penambangan. Mereka adalah representasi pejuang ekologi yang enggan mengalah dari korporasi yang didukung Negara demi kelestarian tanah dan air. Tulisan ini memotret narasi perjuangan kartini kendeng dengat perspektif ekologi dan liberasi dalam Al-Quran. Perspektif ekologi dan liberasi Al-Quran merupakan konvergensi dari pemikiran tiga tokoh: Nur Arfiyah Febriyani, Amina Wadud dan Asma Barlas. Ketiga tokoh ini sepakat bahwa al-Quran adalah kitab pembebasan dari segala bentuk penindasan dan kesewenangan. Dengan memosisikan al-Quran sebagai kitab liberasi, penelitian ini melihat bahwa perjuangan Kartini Kendeng telah sesuai dengan nilai-nilai dalam al-Quran. Salah satu kesimpulan penelitian ini adalah bahwa ajaran agama turut menjadi motivasi perjuangan para Kartini Kendeng. 
PEMBANGUNAN DAN FEMINISASI TANAH DI INDONESIA (KAJIAN EKOFEMINISME GLOBAL) Mardian Sulistyati
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(2), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4310.84 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i2.12810

Abstract

Abstract. Until now, the development process in most Third World countries including Indonesia still places women as second-class citizens; while leaving a latent environmental crisis problem. This paper examines the influence of development practices through the face of mining corporations, and examines the experiences of the struggles of the people who are in the circle of power relations. The global ecofeminism approach of Vandana Shiva and Maria Mies is used as a linguistic nomenclature that helps explain each of the key words in concepts that have previously been tendered by the patriarchal power system. In the end, the value of ecofeminism as the ethics of life becomes a solutive choice to restore traditional and relational awareness that transcends the binary barriers of the human genitals, and transcends the boundaries of human egoism towards non-humans.Abstrak. Hingga kini, proses pembangunan di sebagian besar negara Dunia Ketiga termasuk Indonesia masih menempatkan perempuan sebagai warga kelas dua; sekaligus menyisakan problem krisis lingkungan yang laten. Tulisan ini mengkaji pengaruh praktik pembangunanisme melalui wajah korporasi tambang, serta mengkaji pengalaman perjuangan masyarakat yang berada di dalam lingkar relasi kuasa tersebut. Pendekatan ekofeminisme global Vandana Shiva dan Maria Mies digunakan sebagai nomenklatur linguistik yang membantu memaparkan setiap kata kunci dalam konsep- konsep yang sebelumnya telah tergenderkan oleh sistem kuasa patriarki. Pada akhirnya, nilai ekofeminisme sebagai etika kehidupan menjadi pilihan solutif untuk mengembalikan kesadaran tradisional dan relasional yang melampaui sekat-sekat biner kelamin manusia, serta melampaui sekat egoisme manusia terhadap non-manusia. 
PENCEGAHAN, PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK DAN REMAJA Ulfah Farida Kustanty
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(2), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2524.817 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i2.12817

Abstract

Abstract. This article is motivated by violence that occurs in children and adolescents who can negatively influence if not sought and anticipated factors that influence it. In general, this article aims to identify and analyze the prevention, protection and treatment of violence against children and adolescents. Violence is an act committed by a person or a number of people who are strongly positioned to a person or a number of people who are weak (weak/weak), whose means of strength, both physically and non-physically deliberately committed to cause suffering to the object of violence. What makes children vulnerable to violence are: unharmed families, parents who abuse addictive substances or suffer mental disorders, neglect or neglect, inappropriate or aggressive behavior in the classroom, fail or be less accountable to schools, limited social skills and join friends who use alcohol or drugs or participate in other risky behaviors. Actions that can be done include: Preventive action, educative action, curative action and rehabilitative action. In this issue the role of parents, community, and government is very important to make children and adolescents physically and mentally healthy and able to live in society appropriately.Abstrak. Artikel ini dilatarbelakangi oleh kekerasan yang terjadi pada anak dan remaja yang dapat berpengaruh negatif jika tidak dicari dan diantisipasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum artikel ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pencegahan, perlindungan dan penanganan kekerasan terhadap anak dan remaja. Kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat (merasa kuat) kepada seseorang atau sejumlah orang yang berposisi lemah (dipandang lemah/ dilemahkan), yang dengan sarana kekuatannya, baik secara fisik maupun non-fisik dengan sengaja dilakukan untuk menimbulkan penderitaan kepada obyek kekerasan. Yang menyebabkan anak rentan menjadi korban kekerasan adalah : keluarga yang tidak harmonis, orang tua yang menyalahgunakan zat adiktif atau menderita gangguan mental, pengabaian atau penelantaran, perilaku tak pantas atau agresif di kelas, gagal atau kurang bertanggung jawab pada sekolah, kecakapan sosial yang terbatas dan ikut teman yang menggunakan alkohol atau narkoba atau ikut serta dalam perilaku yang beresiko lainnya. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah : tindakan Preventif, tindakan edukatif, tindakan kuratif dan tindakan rehabilitatif. Dalam permasalahan ini peran orang tua, masyarakat, dan Pemerintah sangatlah penting untuk menjadikan anak dan remaja sehat fisik dan mental dan dapat hidup di masyarakat dengan sewajarnya. 
PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN PESANTREN: KAJIAN FEMINISME ISLAM Masthuriyah Sa’dan
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(2), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4963.411 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i2.12812

Abstract

 Abstract. Exit of the Beijing Platform For Action (BPFA) on gender equality mainstreaming was incorporated into development policy during the fourth world women's conference in Beijing in 1995 so Abdurrahman Wahid declared Presidential Instruction number 19 December 2000. 9 of 2000 on gender mainstreaming in national development. This is where the islamic boarding school  is required to be able to respond to the dynamics of the era along with the development of modernization and globalization, so that islamic boarding school  can answer the issue of gender equality discourse that goes into the boarding booths. This paper wants to answer how the strategy and implementation of  Gender Mainstreaming in islamic boarding school  education. This review is literature review using feminist approach and gender analysis in Islam. After the review, the authors found that the strategy for realizing gender mainstreaming in islamic boarding school  education is to re-design the gender perspective teaching curriculum and the implementation of Gender Mainstreaming is through the main stakeholders of islamic boarding school  namely Kyai, Nyai, Ustadzah and ustadz.Abstrak. Dikeluarkannya Beijing Platform For Action (BPFA) tentang gender mainstreaming (PUG) kesetaraan gender masuk dalam kebijakan pembangunan pada saat konferensi perempuan dunia keempat di Beijing tahun 1995 sehingga Presiden Abdurrahman Wahid pada tanggal 19 desember 2000 mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional. Disinilah pesantren dituntut untuk mampu merespon dinamika zaman seiring berkembangnya arus modernisasi dan globalisasi, sehingga pesantren mampu menjawab persoalan wacana kesetaraan gender yang masuk ke dalam bilik-bilik pesantren. Tulisan ini ingin menjawab bagaimana strategi dan implementasi PUG dalam pendidikan pesantren. Kajian ini adalah kajian pustaka dengan menggunakan pendekatan feminis dan analisa gender dalam Islam. Setelah dilakukan kajian, penulis menemukan bahwa strategi untuk mewujudkan PUG dalam pendidikan pesantren adalah melakukan re-desain kurikulum pengajaran berprespektif gender dan implementasi PUG adalah melalui pemangku utama pesantren yaitu Kyai, Nyai, Ustadzah dan ustadz. 
URGENSI REVITALISASI DAYCARE DALAM LINGKUNGAN KERJA RAMAH ANAK Lulu El Maknun
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(2), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2455.525 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i2.12818

Abstract

Abstract. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Daycare was established not only as a day care center, but also as a laboratory for the development of childcare at the beloved UIN campus. But in practice, Daycare seems to only run the work program of the Gender and Children's Study Center. Many things have been a factor in the narrowing of the opinion of the academic community on the connotation that UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Daycare is only a formality and has not been able to accommodate the needs of its employees. To assess the urgency of Daycare revitalization, SWOT analysis is carried out which is commonly done at each institution. After getting the results of the analysis, the author recommends important points that are expected to revitalize Daycare, including improving quality, improving the system, adding infrastructure and evaluating. In conclusion, UIN Jakarta Daycare is very likely to become a childcare laboratory, but it requires the application of noble values such as courage and openness in carrying out management functions (POAC) for the creation of a child-friendly work environment at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Abstrak. Daycare UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didirikan bukan hanya sebagai tempat penitipan anak semata, tetapi merupakan laboratorium pengembangan pengasuhan anak di kampus UIN tercinta. Namun pada prakteknya, Daycare seolah hanya menjalankan program kerja Pusat Studi Gander dan  Anak. Ada banyak hal yang menjadi faktor mengerucutnya opini civitas akademika pada konotasi bahwa Daycare UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hanya formalitas dan belum mampu mengakomodir kebutuhan pegawainya. Untuk mengkaji sejauh mana urgensi revitalisasi Daycare dilakukan analisis SWOT yang lazim dilakukan pada setiap lembaga. Setelah  mendapatkan hasil analisis, penulis merekomendasikan poin-poin penting yang diharapkan dapat merevitalisasi Daycare, di antaranya peningkatan mutu, perbaikan sytem, penambahan infrastruktur dan evaluasi. Kesimpulannya Daycare UIN  Jakarta sangat mungkin untuk menjadi laboratorium pengasuhan anak, namun  dibutuhkan aplikasi nilai-nilai luhur seperti keberanian dan keterbukaan dalam menjalankan fungsi managemen (POAC) demi terciptanya atmosfir  lingkungan kerja ramah anak di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 
PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN ANAK BERBASIS GAMPONG DI ACEH Abidin Nurdin
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(2), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4169.614 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i2.12813

Abstract

Abstract. This paper discussed the prevention and protection of village-based ABH with the Adat approach in Aceh. The number of ABH continues to grow which is caused by factors, the environment, wrong students, families are not harmonious, the lack of religious education. Not only in Indonesia, but also in Japan, the Philippines, Malaysia and Bangladesh formal legal processes have been left to be replaced by non-formal or diversion. However, the problem is the community's readiness and the responsibilities of parents in providing prevention and protection for ABH. In Aceh with traditional power which is thick with religious values it is able to provide prevention and protection even rehabilitation to village-based ABH. Some villages in Aceh have succeeded in making reusam gampong (village regulations) that put forward aspects of prevention and protection as well as strengthening traditional institutions (keuchik, tuha peut and teungku imum) and the role of parents. Sanctions given that are educational for example, cleaning meunasah, adhan for some time, memorizing some surahs in the Koran.Abstrak. Tulisan ini membahas tentang pencegahan dan perlindungan ABH berbasis gampong dengan pendekatan Adat di Aceh. Jumlah ABH terus bertambah yang disebabkan oleh faktor, lingkungan, salah didik, keluarga tidak harmonis, minimnya pendidikan agama. Saat ini bukan saja di Indonesia, tetapi juga di Jepang, Filipina, Malaysia dan Bangladesh proses hukum formal mulai ditinggal diganti dengan non formal atau diversi. Namun demikian yang jadi masalah adalah kesiapan masyarakat dan tanggung jawab orang tua dalam memberikan pencegahan dan perlindungan terhadap ABH. Di Aceh dengan kekuatan adat yang kental dengan nilai-nilai agama mampu memberikan pencegahan dan perlindungan bahkan rehabilitasi pada ABH yang berbasis gampong. Beberapa gampong di Aceh telah berhasil membuat reusam gampong (peraturan desa) yang mengedepankan aspek pencegahan dan perlindungan serta penguatan lembaga adat (keuchik, tuha peut dan teungku imum) serta peran orang tua. Sanksi yang diberikan yang bersifat mendidik misalnya, membersihkan meunasah, azan dalam beberapa waktu, menghafal beberapa surah dalam al-Quran. 
PENERAPAN DALIL SYAR’I : UPAYA MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA RAMAH MANUSIA Muhammad Farid
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(2), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2137.176 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i2.12821

Abstract

Abstract. The difference between causal about gender and its practice makes problems related to economy, welfare and education more prominent. The majority understands that gender is an equal right between men and women. Such understanding is what erodes the role as well as the inner degree of a woman. This condition can be seen in the current work environment which increasingly alienates women from their families. So that the work environment that should be a factor driving the economy becomes a new problem because of its inferiority towards women and children. Islam as a religion of mercy for all nature provides solutions and enlightenment related to the problem. With the application of the arguments syar’i (Islamic law) is expected to all run accordingly. So that balance and satisfaction will be achieved by all parties. In this paper describes a good work environment from an Islamic perspective, namely a work environment that is friendly to children, women and the company itself.Abstrak. Adanya perbedaan antara kausal tentang gender dan praktiknya membuat masalah-masalah terkait dengan ekonomi, kesejahteraan dan pendidikan semakin mencuat. Mayoritas memahami bahwa gender merupakan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan secara penuh. Pemahaman seperti itulah yang sejatinya menggerus peran sekaligus derajat bathiniah seorang wanita. Kondisi tersebut dapat dilihat pada lingkungan kerja kekinian yang semakin menjauhkan perempuan dengan keluarganya. Sehingga lingkungan kerja yang seharusnya menjadi faktor pendorong ekonomi justru menjadi masalah baru sebab ketidak ramahannya terhadap perempuan dan anak. Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam memberikan solusi dan pencerahan terkait masalah tersebut. Dengan penerapan dalil-dalil syar’i (hukum islam) diharapkan semua berjalan semestinya. Sehingga keseimbangan dan kepuasan akan dicapai oleh semua pihak. Dalam paper ini menjelaskan tentang lingkungan kerja yang baik perspektif islam, yaitu lingkungan kerja yang ramah anak, perempuan dan perusahaan itu sendiri. 
PEDOPHILIA (DITINJAU DARI ASPEK PELAKU, KRIMINALITAS DAN PERLINDUNGAN ANAK) Ratna Azis Prasetyo
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(2), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2726.243 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i2.12814

Abstract

Abstract. This article aims to explain the concept of pedophilia in terms of the perpetrators, criminality and child protection aspects. During this time children who are victims of pedophiliac suffer prolonged psychological injuries and even lead to death. Meanwhile, the legal settlement is not yet comparable to the injuries suffered by the victims and light punishment tends to make the sexual violence repeated. One of the light sentences for pedophiliacs is that the criminal law in this country has not specifically regulated criminal offenses and on the other hand, the concept of pedophilia is still considered as a mental disorder. Therefore, in handling it is not enough to rely on a legal approach, more than that the handling orientation needs to be directed at child protection. This is done by taking preventive measures such as fostering social sensitivity of the community, optimizing the role of social agents such as local social and institutional organizations and instilling early sex education in children.  Abstrak. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan konsep pedophilia ditinjau dari aspek pelaku, kriminalitas dan perlindungan anak. Selama ini anak-anak yang menjadi korban para pedophiliac mengalami luka psikologis berkepanjangan dan bahkan berujung kematian. Sementara itu, penyelesaian secara hukum dirasa belum sebanding dengan luka yang dialami korban dan hukuman yang ringan cenderung membuat tindakan kekerasan seksual tersebut terulang. Hukuman yang ringan bagi para pedophiliac ini salah satunya karena hukum pidana di negara ini belum mengatur secara khusus dalam delik pidana dan disisi lain, konsep pedophilia ini masih dianggap sebagai salah satu gangguan mental. Oleh sebab itu, dalam penanganannya tidak cukup dengan mengandalkan pendekatan hukum, lebih dari itu orientasi penanganan perlu diarahkan pada perlindungan anak. Caranya dengan melakukan upaya-upaya preventif seperti menumbuhkan kepekaan sosial masyarakat, mengoptimalkan peran agen-agen sosial seperti organisasi kemasyarakatan dan kelembagaan lokal dan menanamkan pendidikan seks usia dini pada anak-anak. 

Page 1 of 1 | Total Record : 8